Kamis, 24 Mei 2012


SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA
YANG TERINTEGRASI DALAM MENGHADAPI PERANG INFORMASI


Oleh : Brigjen TNI Hartind Asrin
Pendahuluan.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini begitu pesat dan telah menyentuh hampir di setiap aspek kehidupan. Teknologi informasi tidak hanya dipakai dalam bidang industri ataupun ekonomi, tetapi juga dibidang pertahanan yang banyak memanfaatkan teknologi informasi untuk proses penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan. Kemajuan teknologi informasi juga menggeser hakekat ancaman yang datang dari negara (state threat) melalui penggunaan senjata pemusnah massal menjadi kelompok (non state threat) dengan penguasaaan teknologi tinggi.  Ancaman terhadap negara tidak lagi menyangkut kekuatan militer, tetapi lebih luas spektrumnya yakni nirmiliter seperti ancaman “cyber crime
Sun Tzu pakar strategi China dari abad ke lima sebelum masehi mengajarkan bahwa jenderal yang paling hebat adalah ia yang dapat mencapai tujuan perangnya tanpa melakukan pertempuran. Berarti dapat menundukkan musuh tanpa penggunaan kekerasan senjata. Ajaran Sun Tzu inilah yang rupanya dikembangkan Hitler. Setelah Hitler metoda itu juga digunakan Uni Soviet dan Partai Komunis Soviet, dan akhirnya tidak ada bangsa besar dan maju yang tidak berusaha mempunyai kemampuan melakukan metoda itu.
Akibat dari perubahan radikal ini, maka sekarang negara besar yang mempunyai kehendak menguasai negara kecil belum tentu akan melakukannya dengan menggunakan kekuatan militernya secara langsung. Ia akan lebih dahulu mengusahakan agar bangsa negara kecil dapat dibawa cara berpikir dan berpersepsi yang sesuai dengan kepentingan negara besar.  Untuk itu yang terutama digarap adalah pikiran dan persepsi masyarakat dengan melakukan berbagai usaha yang mengganggu, baik di bidang politik, ekonomi, maupun kebudayaan dan sosial. Ia akan berusaha menguasai media massa di negara kecil itu dan memanfaatkannya untuk secara sistematis dan terus menerus mempengaruhi pikiran dan perasaan masyarakat.
Saat ini Kementerian Pertahanan Republik Indonesia sedang membangun Sistem Informasi Pertahanan Negara atau lebih dikenal lagi dengan istilah Sisfohanneg yang berbasis pada penyediaan data dan informasi yang cepat, akurat, real time sehingga aman dalam proses penetapan kebijakan keputusan. Keberadaan Sisfohanneg ini  sangat penting sekali dimasa damai guna menghadapi  perang informasi seperti saat ini.
Kedudukan Pusat Komunikasi Publik atau Pusat Kompublik yang berfungsi sebagai perumusan dan pelaksanaan kebijakan pelaksanaan teknis di bidang informasi pertahanan memegang peranan cukup penting dalam perang informasi di era damai seperti saat ini. Diperlukan percepatan pengolahan informasi yang didukung dengan tenaga-tenaga yang mampu merespon setiap kejadian atau informasi yang berkembang di segala aspek kehidupan masyarakat saat ini.
Sistem Informasi Pertahanan Negara.
Informasi merupakan aset yang strategis bagi setiap organisasi. Inilah yang menyebabkan mengapa banyak pemerintahan ataupun badan tertentu menghabiskan jutaan bahkan miliaran dollar untuk mendapatkan informasi mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan ancaman potensial bagi keamanan mereka. Tanpa informasi yang tepat dapat menyebabkan kegagalan khususnya dalam bidang pertahanan, sehingga kemampuan untuk menyediakan informasi potensial merupakan faktor yang sangat menentukan dari kekuatan pertahanan suatu negara.
Secara garis besar Sisfohanneg merupakan  integrasi data internal dan eksternal dalam jaringan komunikasi data (komta) yang terdiri dari data internal strategi pertahanan (Strahan) perencanaan pertahanan (Renhan), kekuatan pertahanan (Kuathan), potensi pertahanan (Pothan), dan sarana pertahanan (Ranahan) serta terintegrasi pula dengan data eksternal yang berasal dari ketiga angkatan militer (AD, AL, AU)
Adapun prioritas pengembangan Sisfohanneg dibagi dalam 5 (lima) prioritas yakni (1) Sistem jaringan komunikasi data, (2) Sistem Aplikasi, (3) Up dating data secara online, (4) sistem keamanan data/sandi  dan (5) pembinaan sumber daya manusia (SDM) bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
1.      Sistem Jaringan Komunikasi Data.
Gelar jaringan komunikasi data hingga tahun 2014 nanti mencakup seluruh bidang di lingkungan kerja Kemhan dan instansi pemerintahan lainnya yang relatif berada dalam letak geografis yang berdekatan hingga pos-pos daerah perbatasan negara. Diharapkan dengan terbangun jaringan komunikasi data ini maka akan terjadi percepatan arus informasi secara dua arah (two ways)
2       Sistem Aplikasi
          Dalam pengembangan aplikasi Sisfohanneg menitikberatkan pada aplikasi yang dapat menghasilkan laporan cepat dan tepat dalam bentuk grafik dan matriks disajikan dalam digital dashboard untuk memudahkan  pimpinan  dalam proses pengambilan keputusan strategis. Selain itu dikembangkan pula sistem informasi geografis atau lebih dikenal dengan nama Geograpic Information System (GIS) yang saat ini  telah mencakup 3 (tiga) satker yaitu Strahan (Pos Pamtas, ALKI, Pulau Terluar, Garis Perbatasan); Pothan (Batas Kodam, Batas Korem, Batas Kodim) dan Kuathan (Gelar pasukan TNI-AD, TNI-AL, TNI-AU).
3.      Updating Data On Line.
          Bagian yang terpenting dari suatu sistem informasi adalah ketersediaan data. Data tersebut harus disajikan secara cepat dan akurat serta terintegrasi satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan informasi penting untuk proses penetapan kebijakan serta pengambilan keputusan. Data yang diolah bukan hanya data terstruktur saja namun juga data tak struktur. Adapun jenis data meliputi data Renhan (APBN), Strahan (daerah perbatasan, pos Pamtas, pulau terluar hingga kesiapan tempur), Kuathan (personil TNI dan PNS, alutsista hingga Pangkalan TNI-AL & Sipil), Pothan (Produksi Pangan & Palawija, Rumkit Sipil, Personil Medis Paramedis Sipil, hingga stasiun radio dan TV), Ranahan (Industri Pertahanan, Kontrak Pengadaan Alutsista KE/Non KE, Kelaikan Materil & Kelaikan Instruktur, Materil Kontrak & Negara Supplier, BTB & Sertifikat Tanah) dan yang terakhir data geografis Strahan yang meliputi Peta topografi, Peta Terrrain/Citra Satelit, Pulau Terluar, Perbatasan.
Kesemua data tersebut diatas terintegrasi pula dengan data yang dimiliki oleh Markas Besar (AD, AL, AU) serta instansi lain yang terhubung dalam jaringan komunikasi data Sisfohanneg, sehingga updating data dapat dilakukan secara online. Dari sisi integrasi sistem, teknologi informasi membuat kompleksitas pada organisasi pertahanan lebih berat dari pada sebelumnya. Kompleksitas ini dapat diatasi dengan menggunakan piranti lunak yang dirancang untuk keperluan tersebut, terutama piranti lunak Data Base. Dengan demikian integrasi sistem dalam organisasi militer menjadi lebih baik.
4.      Sistem Keamanan Data/Sandi.
          Saat ini ancaman terhadap negara tidak lagi menyangkut kekuatan militer, tetapi lebih luas spektrumnya yakni nirmiliter seperti ancaman cyber crime. Karena itu, sistem keamanan pada sistem informasi negara sangat diperlukan. Hal tersebut pula yang menjadi dasar untuk membangun Sisfohanneg yang aman dari gangguan-gangguan dalam dan luar. Dan salah satu fokus pembangunan Sisfohanneg adalah sistem keamanan data. Selain perangkat keras dan lunak dibutuhkan juga tenaga-tenaga Teknologi Informasi (TI) terdidik yang mampu mendeteksi secara cepat ancaman/gangguan terhadap Sisfohanneg.
Wall Street Journal edisi 31 Mei lalu, melansir pemberitaan bahwa Pentagon menyatakan jika aksi pengrusakan komputer suatu negara merupakan tindakan perang. Ini merupakan kebijakan resmi pertama yang dikeluarkan Pentagon mengenai strategi perang internet dan diperkirakan bagian non-rahasia dari kebijakan tersebut diumumkan Juni. Pada batas tertentu, Pentagon berencana memanfaatkan kebijakan ini untuk memperingatkan musuh potensial, agar menyadari konsekuensi bila coba menyerang AS melalui internet. Seorang pejabat militer mengatakan, jika seseorang memutus jaringan listrik kami, mungkin kami akan menjatuhkan sebuah rudal ke cerobong asapnya. Strategi tersebut mengindikasikan bahwa pihak AS telah mulai menjajaki pengaruh internet terhadap keamanan dunia. Dengan situasi ini, ancaman peretas terhadap reaktor nuklir, kereta bawah tanah atau pipa pengiriman minyak milik AS dapat diumpamakan sebagai ancaman dari pasukan militer suatu negara terhadap infrastruktur tersebut.
Dari uraian tersebut diatas jelas bahwa ancaman pencurian dan pengrusakan data sudah menjadi ancaman yang dapat menyulut api peperangan. Oleh karena itu Sisfohanneg juga memfokuskan pembangunan sistem keamanan data sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.
5.      Pembinaan SDM TIK
          Dengan adanya implementasi Sisfohanneg maka sebagai konsekuensinya akan merubah cara kerja organisasi saat ini memerlukan SDM yang handal, untuk mengoperasionalkan teknologi yang cukup canggih. Dibutuhkan transfer pengetahuan (transfer knowledge) dari pengembang sistem atau pemasok teknologi kepada SDM yang telah disiapkan sebelumnya secara kontinyu dan berkesinambungan. Hal ini untuk menjamin kemampuan SDM yang siap terhadap perubahan-perubahan teknologi yang sangat cepat seperti saat ini. Pembinaan SDM menjadi bagian integral dari pembangunan Sisfohanneg.

Perang Informasi.
Masih hangat dalam ingatan kita peristiwa pemberontakan rakyat Libya untuk menjatuhkan kekuasaan absolut Prsiden Libya Mohammad Khadafi. Peran media informasi sangat vital kala itu. Dalam tulisannya di erabaru.net (Rabu, 24/8/11) Aron Lamn menulis ” Perang Informasi mengamuk di Libya”, pasukan pro pemerintahan Khadafi dan pasukan pemberontak saling melancarkan serangan informasi satu sama lainnya dengan tujuan mencari dukungan kepada rakyat Libya dan dunia internasional. Facebook, Twitter, dan SMS menjadi sarana favorit untuk menyampaikan ajakan-ajakan hasutan, dan informasi kepada rakyat Libya secara cepat dan murah. Hal tersebut  terjadi pula dalam kerusuhan yang baru-baru ini terjadi di Inggris. Kembali media sosial menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan kepada para perusuh.
Dari hal tersebut diatas nampak perubahan radikal dibidang perang informasi. Sekarang negara besar yang mempunyai kehendak menguasai negara kecil belum tentu akan melakukannya dengan menggunakan kekuatan militernya secara langsung. Ia akan terlebih dahulu mengusahakan agar bangsa negara kecil dapat dibawa cara berpikir dan berpersepsi yang sesuai dengan kepentingan negara besar. Untuk itu yang utama digarap adalah pikiran dan persepsi masyarakat dengan melakukan berbagai usaha yang menggangu, baik dibidang politik, ekonomi, kebudayaan dan sosial. Ia akan berusaha menguasai media massa di negara kecil itu dan memanfaatkannya untuk secara sistematis dan terus menerus mempengaruhi pikiran dan perasaan masyarakat.
Saat ini adalah zaman informasi kecepatan tinggi. Teknologi informasi sudah berkembang sedemikian rupa yang membuat suatu informasi, baik berupa berita, analisa ataupun pandangan segera sampai di hadapan kita dalam hitungan detik. Setiap tempat di dunia seolah hanya berjarak sejengkal dari tempat kita duduk atau berdiri. Setiap orang juga terhubung dalam suatu jaringan informasi. Jarak saat ini bukan lagi suatu masalah, setiap orang dimanapun dia akan selalu dapat dihubungi dan akan selalu dapat menerima berbagai macam informasi baik berupa berita, analisa ataupun pandangan seseorang, dan menjadi sangat penting untuk diketahui. Kita tidak lagi bisa menutup mata dan telinga, kehidupan sekarang memang sangat dipengaruhi oleh informasi yang kita terima. Banyak media, baik radio, televisi, internet, ataupun jejaring sosial yang menyediakan dan memberikan informasi untuk masyarakat dunia. Semua itu akan masuk ke otak kita untuk mempengaruhi pikiran, membuat kita senang, menyentuh perasaan, ataupun akan menimbulkan rasa takut.
Informasi yang tersedia tidak semuanya baik untuk diterima, tidak semua bertujuan mulia, dan tidak semuanya benar. Ini adalah perang informasi. Semua informasi bercampur aduk, orang yang benar akan menyampaikan kebenaran dan orang yang tidak baik akan menyampaikan segala kebohongan. Orang akan membuat berita dan analisa sesuai dengan kepentingannya. Untuk itu, karena banyaknya informasi yang tersedia, kita perlu mengetahui sumber dan inti dari suatu informasi. Sumber informasi penting untuk kita ketahui, agar kita menilai apakah sumber tersebut adalah benar, sumber yang netral ataukah sumber yang punya kepentingan.

Mengintegrasikan Informasi Pertahanan Menghadapi Perang Informasi.
Internet pada awalnya merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969, melalui proyek ARPA atau ARPANET (Advanced Research Project Agency Network). Program berbasis komunikasi data ini bertujuan menghubungkan para periset ke pusat-pusat komputer, sehingga dapat bersama-sama memanfaatkan sarana komputer, seperti disk space , data base dan lain-lain. Selain itu, proyek tersebut juga membuat sistem jaringan komunikasi antar komputer yang tersebar didaerah-daerah vital. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan.
Internet Protocol (IP) memegang peranan penting dalam jaringan sistem informasi karena bisa menghubungkan komunikasi dari darat, laut, udara, maupun luar angkasa. IP juga memiliki kemampuan untuk membuat bermacam-macam sistem komunikasi. Karena itu meskipun menggunakan sistem yang saling tidak kompatibel namun antara yang satu dengan yang lain tetap dapat saling berkomunikasi.
Kemajuan TI berimplikasi pada pergeseran paradigma memenangkan perang. Pada awalnya, cukup dengan konsep Komando dan Kendali (Kodal/K2), yang pada prinsipnya merupakan hubungan intern antara komandan dengan anak buahnya dalam tugas operasi. Namun kemudian komunikasi dengan satuan lain dalam suatu operasi menjadi keharusan sehingga lahir konsep baru yaitu Komando, Kendali dan Komunikasi (K3). Dengan teknologi komunikasi yang semakin mutakhir, maka ditambahkan keterangan atau data intelijen (K3I). Informasi yang akurat dan strategis memang menjadi faktor yang sangat menentukan bagi kekuatan pertahanan suatu negara. Sebab informasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari komando dan kendali yang merupakan kunci setiap operasi.
Informasi menjadi dasar pembuatan kebijakan atau untuk menyusun strategi dalam menghadapi ancaman yang ada. Taktik brilian untuk menggempur lawan tidak akan terlahir tanpa adanya informasi yang lengkap, akurat, dan cepat. Untuk itu, siapapun kita, informasi apapun yang diterima, pastikan dan pahami dengan baik. Kita jangan hanya membaca kesimpulan atau rekomendasi saja, tetapi pelajari secara keseluruhan dari informasi yang kita terima.
Ancaman terhadap negara  tidak lagi menyangkut kekuatan militer, tetapi lebih luas spektrumnya yakni nirmiliter seperti halnya “cyber crime”. Oleh karena itu memahami perkembangan sistem teknologi informasi terutama memahami bagaimana proteksi sistem yang ada. Kementerian Pertahanan telah punya Lembaga Sandi Negara yang tugasnya memberikan proteksi pada sistem informasi negara yang dikembangkan, sehingga mampu memproteksi sistem pertahanan negara dari ancaman peretas dari luar yang teknologinya lebih maju. Ke depan, tidak hanya sistem informasi, tetapi seluruh sensor dan sistem persenjataan dapat terhubung secara penuh dalam sebuah lingkungan perencanaan, penaksiran, dan pelaksanaan yang terintegrasi untuk mengimplementasikan kebijakan maupun strategi di lapangan.

Penulis saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan RI

Senin, 21 Mei 2012


Yahya Habib: MEMBUMIKAN GERAKAN RESIMEN MAHASISWA
“DARI KAMPUS UNTUK BANGSA”

Resimen Mahasiswa dikenal sebagai Organisasi yang berkiprah di lingkungan kampus, dimana seluruh gerakan organisasi ini di fokuskan untuk membangun Kesadaran akan Bela Negara. Dalam perjalananya Resimen Mahasiswa tentu mempunyai berbagai ritangan dan tantangan, tulisan ini di dedikasikan penulis untuk Resimen Mahasiswa Jayakarta yang tahun ini genap merayakan hari jadinya yang ke 50 tahun. Sebuah usia Emas yang tak bisa di anggap remeh, ditrengah pergulatan Eksistensi Kaum Muda di Era- Reformasi yang kian hari kian membutuhkan perhatian organisasi ini, terutama dalam menyikapi Isu-Isu Kebangsaan yang hari-hari belakangan ini marak di bicarakan berbagai kalangan di Republik ini.
SEKILAS SEJARAH BANGSA
Dalam sejarahnya Bangsa ini dikenal sebagai Bangsa yang Majemuk, dengan segala peradaban yang hadir di Bumi Nusantara tercinta ini, katakanlah beragamnya suku bangsa, ras dan Agama tak menyurutkan warga Bangsa ini untuk tetap bersatu dalam Ke-Bhinekaan, sebuah budaya yang terlahir dari Ilmu Bangsa sendiri yang patut kita syukuri.
Dalam konteks generasi Muda Bangsa, tentunya kita sangat beruntung memiliki Kaum Muda yang berintegritas mengawal Republik tercinta sejak zaman pergerakan sebelum Kemerdekaan, hingga zaman Kemerdekaan saat ini.Zaman silih berganti, begitupun Generasi Bangsa ini, tapi NKRI tetap harga mati bagi 240an juta Rakyat Negeri ini.
Sekilas kita coba memotret wajah pergerakan kaum muda Bangsa ini, yang lahir tumbuh dan berkembang ditempa oleh zaman yang tentunya diharapkan dapat mendewasakan kita semua, untuk dapat berbuat, berkarya dan berkhidmat kepada Bangsa, Negara dan Seluruh Rakyat Indonesia.
Diawali sejak Kebangkitan Nasional 1908 yang di motori oleh Gerakan Kaum Muda Boedi Uetomo, dimana kaum muda terpelajar Indonesia, mulai memantapkan niat dan perjuangannya ditengah zaman Kolonialisme yang masih mencengkram, dimana organisasi ini mulai menebar benih-benih kesadaran akan hidup berbangsa, dengan membangun kesadaran diri untuk hidup lebih mandiri, bersatu dan saling menolong dalam kekurangan dan kesusahan pada zaman itu.
Benih-benih kesadaran yang ditebarkan oleh Boedi Oetomo ternyata tumbuh subur dan berkembang di setiap Dada Kaum Muda Indonesia yang dalam perjalanannya mencapai titik puncak dimana saat itulah terjadi sebuah Fakta Sejarah yang sangat Suci dan Fenomenal, yang kita kenal dengan sebutan Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928. Makna Soempah Pemoeda 1928 ini merupakan sebuah Anugrah Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana secara Langsung, Sadar dan Lantang kita telah mendeklarasikan diri sebagai Bangsa Indonesia dengan Menerima segala Keragaman yang hadir sebagai satu kekuatan Bangsa dengan Ikrar Satu Bangsa dan Satu Bahasa : INDONESIA !!!
Atas dasar Sumpah Suci 1928 ini lah akhirnya Bangsa ini melahirkan negaranya dimana pada 17 Agustus 1945 melalui Dwi Tunggal Republik ini yang di Kawal oleh Para Pemuda Indonesia dengan tegas Memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia, dimana pada tanggal 18 Agustus 1945 Majelis Konstituante dalam sidangnyapun melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bersama Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Konstitusinya.
Jika kita pahami dan cermati perjalanan bangsa ini dari mulai era Kebangkitan nasional hingga zaman Kemerdekaan, semua itu tidak pernah lepas dari peran dan sumbangsih Kaum Muda Bangsa ini, mereka semua tampil di Garda Terdepan sebagai Pencetus dan Motor Gerakan Kebangsaan yang melahirkan Kemerdekaan yang telah kita nikmati hingga saat ini.
Kesadaran Kaum Muda Indonesia terus bergelora dimasa-masa awal Kemerdekaan dimana semua ini berkat Pemimpin Bangsa Indonesia yang kita kenal dengan sebutan Dwi Tunggal Soekarno-Hatta yang tampil sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI Pertama Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Bung Karno dan Bung Hatta adalah Potret Pemimpin Indonesia yang sangat sederhana di zamannya, tentunya ini merupakan fakta sejarah yang tak boleh kita khianati sebagai anak Bangsa. Dimana sumbangsih dan pengorbanan mereka telah mempu mengantarkan Bangsa ini kedepan Pintu Gerbang Kemerdekaan seperti yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.Hari ini saatnya kita semua harus mengisi Kemerdekaan yang telah diraih tanpa harus menyembunyikan berbagai sejarah Cemerlang dan Kelam Bangsa ini karena itu semua merupakan perjalanan yang harus kita tempuh dan terima dengan Ikhlas sebagai Bangsa yang Merdeka.
Era Soekarno sebagai Pemimpin Bangsa berakhir setelah menempuh perjalanan sekitar 20 tahun, dimana tahun 1965 dengan pergulatan politik dalam negeri yang di kenal dengan sebutan G30S/PKI membuat perubahan besar bagi bangsa ini, terutama bergantinya era dari Orde lama ke Orde Baru yang di pimpin oleh Mayjend Soeharto pada saat itu.

Sekilas perjalanan bangsa diera soekarno dengan segala dinamikanya patut kita sadari dan pahami sebagai sebuah perjalanan bangsa yang sedang mencari bentuk untuk menata peradabanya. Kita memiliki Ilmu Bangsa yang selalu di sampaikan oleh The Founding Father kita Soekarno, dimana Pancasila dan UUD 1945 sebagai Dasar dan Konstitusi Negara yang harus bisa dipahami oleh seluruh Warga Bangsa ini. Bangunan Bangsa ini dari mulai Rakyat Jelata hingga ke Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah representasi kekuatan dari Kedaulatan Rakyat yang hakiki. Sementara bangunan Negara terdiri dari Presiden, Lembaga-Lembaga Tinggi Negara yang berjalan sesuai UUD 1945 adalah merupakan representasi amanah yang diberikan Rakyat Indonesia kepada para pengemban amanah dengan satu tujuan untuk menciptakan Keadilan Sosila bangi seluruh Rakyat Indonesia.
Namun dalam perjalanan Bangsa ini dimana Era Orde Lama berganti ke Era Orde Baru dan Saat ini kita hidup di Era Reformasi, semuanya adalah sebuah fakta sejarah yang harus kita pahami dan lagi-lagi terima dengan Ikhlas jika kita ingin menata masa depan yang lebih baik demi Bangsa dan Generasi Mendatang.
Era Orde Lama pun berakhir dengan runtuhnya Rezim Soeharto dengan gerakan Reformasi yang digerakan oleh Mahasiswa dan Pemuda Indonesia 1998. Sebelum Era Reformasi pun para kaum muda Indonesia telah melakukan perjuangan demi Bangsa nya, sebut saja tahun 1974 dimana telah terjadi perlawanan oleh para Mahasiswa dan Pemuda Indonesia yang kita kenal dengan sebutan Peristiwa Malari, namun gerakan ini masih belum mampu membawa angin perubahan dimana Rezim yang berkuasa masih sangat kuat untuk dapat kembali menanamkan kekuasaanya di Republik ini. Akan tetapi bibit perjuangan yang disebar para aktifis Malari ternyata terus berkembang dan akhirnya melahirkan gerakan 1998 yang kita kenal dan telah melahirkan Era Reformasi.
Dari Soekarno ke Soeharto, terus berlaqnjut silih berganti hingga hari ini, Indonesia telah memiliki 6 Presiden yang telah dan sedang memimpin, sebut saja BJ Habibie, KH Abdurahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarno Putrid an Sekarang masih menjabat Susilo Bangbang Yudhoyono (SBY). Ke enam Mantan dan Presiden kita ini adalah semuanya Pemimpin, dimana mereka semua telah mendapatkan amanah tidak hanya dari Rakyat namun dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis yakin bahwa di dalam hati kecil mereka tidak pernah terbersit sedikitpun untuk membawa Bangsa ini menuju Kehancuran. Untuk itu sudah sepantasnya kita sebagai Warga Bangsa kembali Ikhlas menerima mereka dengan segala kelebihan dan kekuranagn yang ada sebagai satu Lintasan Sejarah Bangsa ini yang tertulis dan akan selalu di kenang tanpa harus dihilangkan fakta-fakta nya karena itu merupakan pelajaran bagi Generasi yang akan hidup saat ini dan masa yang akan datang.
TANTANGAN DAN PERMASALAHAN BANGSA
Sebagai bangsa yang berdaulat, ternyata Indonesia memiliki segudang masalah yang lahir menjadi tantangan yang harus segera di selesaikan, diantaranya yang dapat penulis sampaikan adalah :
Ø  DEMOKRATISASI : Demokratisasi di Indonesia bagaikan Anugrah di awal-awal penerapanya, bagaimana tidak ketika pertama paham Demokrasi ini di tawarkan ke Rakyat Indonesia ditengah eforianya kita sebagai Bangsa Merdeka, namun saying ternyata Demokratisasi yang berkembang sekarang justru membuat bangsa ini selalu menciptakan masalah demi masalah yang belum terselesaikan. Demokrasi kita adalah Demokrasi Indonesia dengan Pancasila sebagai Filternya, bukan Demokrasi Plagiat ala Barat yang justru jauh dari Nilai-Nilai Ke Indonesiaan kita. Demokratisasi yang tanpa filter ini ternyata telah merubuhkan bangunan cara Pandang kita sebagai Bangsa Merdeka, baik dari sisi Agama, Budaya hingga Peradaban Asli Indonesia sudah tergerus hanyut bagai buih di lautan, tertelan gelombang Individualistik anak bangsa, yang akhirnya melahirkan berbagai konflik social atas nama Demokrasi semua berkilah, yang akhirnya menjauhkan dari Rasa Persatuan dan Tenggang Rasa serta Gotong Royong yang menjadi cikal bakal Republik ini Lahir, ditambah dengan Politisasi segala isu Kebangsaan yang membuat Negeri ini semakin jauh dari Tujuan di Dirikannya.
Ø  DEHUMANISASI : Bangsa ini sangat menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai Hak Asasi Manusianya, namun sayang ketika kita melihat perjalanan sejarah bangsa ini, dimana masalah HAM dan Penindasan serta Ketidak Adilan masih saja menjadi Objek untuk mencapai tujuan-tujuan Politis di Negeri ini. Kemanusiaan hanya dijadikan alat pelengkap yang hanya patut di suguhkan ketika bangsa ini akan menggelar Pemilu, Pilkada dan hal-hal sejenis lainnya. Manusia Indonesia terjebak dengan Stigma Menang Kalah yang akhirnya Merobek-robek budaya Persatuan kita sebagai Bangsa yang Berdaulat. Banyak sekali persoalan Kemanusiaan yang belun juga tuntas bahkan terus bertambah dari tahun ke tahun, sebut saja soal Urbanisasi, Pengangguran, Kemiskinan dan Kemandirian kita sebagai Bangsa Merdeka masih jauh dari yang di harapkan.
Ø  DEMORALISASI : Degradasi akibat Demokratisasi dan Dehumanisasi yang kebablasan akhirnya mengantarkan kita pada situasi Rusaknya Moral Bangsa yang tak dapat terelakan, persoalan inilah yang menjadi bahan bakar terjadinya berbagai penyimpangan Fundamental di Republik ini dari mulai Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang paling anyar adalah Hancurnya bangunan Bangsa ini karena Konstitusi kita UUD 1945 yang telah terintervensi oleh kepentingan-kepentingan Asing sehingga perlu beberapa kali di Amandemen. Ditambah lagi persoalan liberalisasi Ekonomi yang dengan Produk-produk turunanya mampu merubah watak Bangsa ini melalui Media dari yang Moralis menjadi Amoral, sehingga generasi-generasi yang Hendonis, Malas, Egis, dan individualistic hadir ditengah Bangsa ini dengan menyulutkan api-api perpecahan dari tinggat Pelajar, Mahasiswa, Pemuda dan Masyarakat pada umumnya.
Ø  DEKAPITALISASI : Dari sisi Ekonomi sejak runtuhnya Orde Lama, Bangsa ini tanpa terasa telah terseret ke Arena Kapitalisasi, Dimana Perekonomiqan kita menganut Ekonomi Makro dan mengenyampingkan sector Micro, akibatnya Negara hidup dan dihidupkan dengan Hutang-Hutang Luar Negeri, yang jika di hitung saat ini telah hampir mencapai 2000 Milyar Dolar. Sebuah angka yang fantastis yang semuanya harus menjadi tanggunggan seluruh Rakyat negeri ini tanpa ada perbedaan sedikitpun, baik yang hidup miskin maupun yang kaya. Jurang kesenjangan soasial akibat masalah Kelirunya cara Pandang Ekonomi Negeri ini jika tidak segera di tangani akan menjadi Bencana Kemanusiaan yang sangat mengerikan di Bumi Gemah Ripah Lo Jinawe ini.
PERAN STRATEGIS RESIMEN MAHASISWA (MENWA) JAYAKARTA
Dari fakta sejarah dan Permasalahan yang dihadapi Bangsa ini, tentunya harus menggugah kader-kader muda bangsa ini, terutama yang tergabung di dalam Resimen Mahasiswa (Menwa) Jayakarta yang tahun ini genap berusia 50 tahun (1962 – 2012). Menwa Jayakarta yang dikenal sebagai salah satu Organisasi Intra Kampus tentunya harus berbenah diri dalam rangka melakukan kerja-kerja Kebangsaan dimana tuntutan saat ini adalah untuk melakukan “PERUBAHAN MINDSET” atau “CARA PANDANG” bangsa ini dari yang tidak Original atau Asli, menjadi ASLI INDONESIA sesuai dengan Ilmu Bangsa yang di miliki.
Para Kader Menwa Jayakarta di usia yang ke 50 tahun ini harus dan wajib untuk menghibahkan Pengabdianya dalam rangka membantu Masyarakat Indonesia untuk Kembali Bangkit dan Menata Cara Pandang, Cara Fikir dan Cara Kerja untuk mencapai Cara Sukses yang Asli Indonesia. Kenapa harus Menwa Jayakarta ? jawabanya sederhana, karena Menwa Jayakarta adalah Organisasi yang telah memiliki Jaringan dan mempunyai bekal Intelektual dan Kedisiplinan, yang semua itu bisa menjadi modal untuk menjadi Generasi Pelopor yang mampu mengawal Bangsa dan Masyarakat Indonesia khususnya di Jakarta untuk Kembali Ke Ilmu Bangsanya Sendiri dimana Penguatan nilai-nilai Kebangsaan yan terkandung dalam Pondasi Bangsa ini dimana PANCASILA dan Bhineka Tunggal Ika menjadi sarana untuk menegakan Bangunan Bangsa ini berupa Peradaban yang Cinta Persatuan, dengan Idealisme Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, untuk melahirkan Kebijaksanaan seluruh elemen Bangsa agar mencapai tujuan sucinya yaitu Keadilan Sosila Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Untuk mewujudkan ini semua, maka sekarang tuntutanya adalah Resimen Mahasiswa (Menwa) Jayakarta, harus mampu melahirkan program-program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, Menwa Jayakarta tidak boleh lagi menjadi Organisasi yang Ekslusif, bawalah lembaga ini menjadi Lembaga/ Organisasi yang Egaliter, membaur dan membumi demi Bangsa dan Negara ini.
Resimen Mahasiswa (Menwa) Jayakarta, harus sudah bisa maju selangkah lebih maju dari organisasi-organisasi yang lainnya, ini sangat mungkin untuk dilakukan jika Komitmen Bela Negara yang selama ini didengungkan mulai dibuktikan di tengah masyarakat, sehingga ke depannya Menwa Jayakarta mampu tampil menjadi model percontohan yang Membumikan Ilmu Bangsa dan menjadi Solution Maker bagi persoalan Bangsa yang kita cintai ini. Semoga ini dapat terwujud, Selamat Harlah Menwa Jayakarta ke 50th, Salam Resimen Mahasiswa !!

Penulis :
Yahya Abdul Habib, SE
Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah
Direktur Eksekutif Jakarta Policy Centre


Minggu, 13 Mei 2012

rasminto: Menwa Merajut Persatuan dan Kesatuan

rasminto: Menwa: Merajut Persatuan dan Kesatuan: Kehadiran Menwa penuh dengan segala dinamikanya. Mengawal dan mempertahankan kemerdekaan Republik ini pernah dilakoninya. Relevansi kehadi...