Yahya Habib: MEMBUMIKAN GERAKAN RESIMEN MAHASISWA
“DARI KAMPUS UNTUK BANGSA”
Resimen Mahasiswa dikenal sebagai
Organisasi yang berkiprah di lingkungan kampus, dimana seluruh gerakan
organisasi ini di fokuskan untuk membangun Kesadaran akan Bela Negara. Dalam
perjalananya Resimen Mahasiswa tentu mempunyai berbagai ritangan dan tantangan,
tulisan ini di dedikasikan penulis untuk Resimen Mahasiswa Jayakarta yang tahun
ini genap merayakan hari jadinya yang ke 50 tahun. Sebuah usia Emas yang tak
bisa di anggap remeh, ditrengah pergulatan Eksistensi Kaum Muda di Era-
Reformasi yang kian hari kian membutuhkan perhatian organisasi ini, terutama
dalam menyikapi Isu-Isu Kebangsaan yang hari-hari belakangan ini marak di
bicarakan berbagai kalangan di Republik ini.
SEKILAS
SEJARAH BANGSA
Dalam sejarahnya Bangsa ini dikenal
sebagai Bangsa yang Majemuk, dengan segala peradaban yang hadir di Bumi
Nusantara tercinta ini, katakanlah beragamnya suku bangsa, ras dan Agama tak
menyurutkan warga Bangsa ini untuk tetap bersatu dalam Ke-Bhinekaan, sebuah
budaya yang terlahir dari Ilmu Bangsa sendiri yang patut kita syukuri.
Dalam konteks generasi Muda Bangsa,
tentunya kita sangat beruntung memiliki Kaum Muda yang berintegritas mengawal
Republik tercinta sejak zaman pergerakan sebelum Kemerdekaan, hingga zaman
Kemerdekaan saat ini.Zaman silih berganti, begitupun Generasi Bangsa ini, tapi
NKRI tetap harga mati bagi 240an juta Rakyat Negeri ini.
Sekilas kita coba memotret wajah
pergerakan kaum muda Bangsa ini, yang lahir tumbuh dan berkembang ditempa oleh
zaman yang tentunya diharapkan dapat mendewasakan kita semua, untuk dapat
berbuat, berkarya dan berkhidmat kepada Bangsa, Negara dan Seluruh Rakyat
Indonesia.
Diawali sejak Kebangkitan Nasional
1908 yang di motori oleh Gerakan Kaum Muda Boedi Uetomo, dimana kaum muda
terpelajar Indonesia, mulai memantapkan niat dan perjuangannya ditengah zaman
Kolonialisme yang masih mencengkram, dimana organisasi ini mulai menebar
benih-benih kesadaran akan hidup berbangsa, dengan membangun kesadaran diri
untuk hidup lebih mandiri, bersatu dan saling menolong dalam kekurangan dan
kesusahan pada zaman itu.
Benih-benih kesadaran yang ditebarkan
oleh Boedi Oetomo ternyata tumbuh subur dan berkembang di setiap Dada Kaum Muda
Indonesia yang dalam perjalanannya mencapai titik puncak dimana saat itulah
terjadi sebuah Fakta Sejarah yang sangat Suci dan Fenomenal, yang kita kenal
dengan sebutan Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928. Makna Soempah Pemoeda 1928 ini
merupakan sebuah Anugrah Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana secara Langsung, Sadar
dan Lantang kita telah mendeklarasikan diri sebagai Bangsa Indonesia dengan
Menerima segala Keragaman yang hadir sebagai satu kekuatan Bangsa dengan Ikrar
Satu Bangsa dan Satu Bahasa : INDONESIA !!!
Atas dasar Sumpah Suci 1928 ini lah
akhirnya Bangsa ini melahirkan negaranya dimana pada 17 Agustus 1945 melalui
Dwi Tunggal Republik ini yang di Kawal oleh Para Pemuda Indonesia dengan tegas
Memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia, dimana pada tanggal 18 Agustus
1945 Majelis Konstituante dalam sidangnyapun melahirkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, bersama Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Konstitusinya.
Jika kita pahami dan cermati
perjalanan bangsa ini dari mulai era Kebangkitan nasional hingga zaman
Kemerdekaan, semua itu tidak pernah lepas dari peran dan sumbangsih Kaum Muda
Bangsa ini, mereka semua tampil di Garda Terdepan sebagai Pencetus dan Motor
Gerakan Kebangsaan yang melahirkan Kemerdekaan yang telah kita nikmati hingga
saat ini.
Kesadaran Kaum Muda Indonesia terus
bergelora dimasa-masa awal Kemerdekaan dimana semua ini berkat Pemimpin Bangsa
Indonesia yang kita kenal dengan sebutan Dwi Tunggal Soekarno-Hatta yang tampil
sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI Pertama Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945.
Bung Karno dan Bung Hatta adalah
Potret Pemimpin Indonesia yang sangat sederhana di zamannya, tentunya ini
merupakan fakta sejarah yang tak boleh kita khianati sebagai anak Bangsa.
Dimana sumbangsih dan pengorbanan mereka telah mempu mengantarkan Bangsa ini
kedepan Pintu Gerbang Kemerdekaan seperti yang termaktub dalam Pembukaan UUD
1945.Hari ini saatnya kita semua harus mengisi Kemerdekaan yang telah diraih
tanpa harus menyembunyikan berbagai sejarah Cemerlang dan Kelam Bangsa ini
karena itu semua merupakan perjalanan yang harus kita tempuh dan terima dengan
Ikhlas sebagai Bangsa yang Merdeka.
Era Soekarno sebagai Pemimpin Bangsa
berakhir setelah menempuh perjalanan sekitar 20 tahun, dimana tahun 1965 dengan
pergulatan politik dalam negeri yang di kenal dengan sebutan G30S/PKI membuat
perubahan besar bagi bangsa ini, terutama bergantinya era dari Orde lama ke
Orde Baru yang di pimpin oleh Mayjend Soeharto pada saat itu.
Sekilas perjalanan bangsa diera
soekarno dengan segala dinamikanya patut kita sadari dan pahami sebagai sebuah
perjalanan bangsa yang sedang mencari bentuk untuk menata peradabanya. Kita
memiliki Ilmu Bangsa yang selalu di sampaikan oleh The Founding Father kita
Soekarno, dimana Pancasila dan UUD 1945 sebagai Dasar dan Konstitusi Negara
yang harus bisa dipahami oleh seluruh Warga Bangsa ini. Bangunan Bangsa ini
dari mulai Rakyat Jelata hingga ke Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah
representasi kekuatan dari Kedaulatan Rakyat yang hakiki. Sementara bangunan
Negara terdiri dari Presiden, Lembaga-Lembaga Tinggi Negara yang berjalan
sesuai UUD 1945 adalah merupakan representasi amanah yang diberikan Rakyat
Indonesia kepada para pengemban amanah dengan satu tujuan untuk menciptakan
Keadilan Sosila bangi seluruh Rakyat Indonesia.
Namun dalam perjalanan Bangsa ini dimana
Era Orde Lama berganti ke Era Orde Baru dan Saat ini kita hidup di Era
Reformasi, semuanya adalah sebuah fakta sejarah yang harus kita pahami dan
lagi-lagi terima dengan Ikhlas jika kita ingin menata masa depan yang lebih
baik demi Bangsa dan Generasi Mendatang.
Era Orde Lama pun berakhir dengan
runtuhnya Rezim Soeharto dengan gerakan Reformasi yang digerakan oleh Mahasiswa
dan Pemuda Indonesia 1998. Sebelum Era Reformasi pun para kaum muda Indonesia
telah melakukan perjuangan demi Bangsa nya, sebut saja tahun 1974 dimana telah
terjadi perlawanan oleh para Mahasiswa dan Pemuda Indonesia yang kita kenal
dengan sebutan Peristiwa Malari, namun gerakan ini masih belum mampu membawa angin
perubahan dimana Rezim yang berkuasa masih sangat kuat untuk dapat kembali
menanamkan kekuasaanya di Republik ini. Akan tetapi bibit perjuangan yang
disebar para aktifis Malari ternyata terus berkembang dan akhirnya melahirkan
gerakan 1998 yang kita kenal dan telah melahirkan Era Reformasi.
Dari Soekarno ke Soeharto, terus berlaqnjut
silih berganti hingga hari ini, Indonesia telah memiliki 6 Presiden yang telah
dan sedang memimpin, sebut saja BJ Habibie, KH Abdurahman Wahid (Gus Dur),
Megawati Soekarno Putrid an Sekarang masih menjabat Susilo Bangbang Yudhoyono
(SBY). Ke enam Mantan dan Presiden kita ini adalah semuanya Pemimpin, dimana
mereka semua telah mendapatkan amanah tidak hanya dari Rakyat namun dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis yakin bahwa di dalam hati
kecil mereka tidak pernah terbersit sedikitpun untuk membawa Bangsa ini menuju
Kehancuran. Untuk itu sudah sepantasnya kita sebagai Warga Bangsa kembali
Ikhlas menerima mereka dengan segala kelebihan dan kekuranagn yang ada sebagai
satu Lintasan Sejarah Bangsa ini yang tertulis dan akan selalu di kenang tanpa
harus dihilangkan fakta-fakta nya karena itu merupakan pelajaran bagi Generasi
yang akan hidup saat ini dan masa yang akan datang.
TANTANGAN
DAN PERMASALAHAN BANGSA
Sebagai bangsa yang berdaulat,
ternyata Indonesia memiliki segudang masalah yang lahir menjadi tantangan yang
harus segera di selesaikan, diantaranya yang dapat penulis sampaikan adalah :
Ø
DEMOKRATISASI
: Demokratisasi
di Indonesia bagaikan Anugrah di awal-awal penerapanya, bagaimana tidak ketika
pertama paham Demokrasi ini di tawarkan ke Rakyat Indonesia ditengah eforianya
kita sebagai Bangsa Merdeka, namun saying ternyata Demokratisasi yang
berkembang sekarang justru membuat bangsa ini selalu menciptakan masalah demi
masalah yang belum terselesaikan. Demokrasi kita adalah Demokrasi Indonesia
dengan Pancasila sebagai Filternya, bukan Demokrasi Plagiat ala Barat yang
justru jauh dari Nilai-Nilai Ke Indonesiaan kita. Demokratisasi yang tanpa
filter ini ternyata telah merubuhkan bangunan cara Pandang kita sebagai Bangsa
Merdeka, baik dari sisi Agama, Budaya hingga Peradaban Asli Indonesia sudah
tergerus hanyut bagai buih di lautan, tertelan gelombang Individualistik anak
bangsa, yang akhirnya melahirkan berbagai konflik social atas nama Demokrasi
semua berkilah, yang akhirnya menjauhkan dari Rasa Persatuan dan Tenggang Rasa
serta Gotong Royong yang menjadi cikal bakal Republik ini Lahir, ditambah
dengan Politisasi segala isu Kebangsaan yang membuat Negeri ini semakin jauh
dari Tujuan di Dirikannya.
Ø
DEHUMANISASI : Bangsa ini sangat menghargai dan
menjunjung tinggi nilai-nilai Hak Asasi Manusianya, namun sayang ketika kita
melihat perjalanan sejarah bangsa ini, dimana masalah HAM dan Penindasan serta
Ketidak Adilan masih saja menjadi Objek untuk mencapai tujuan-tujuan Politis di
Negeri ini. Kemanusiaan hanya dijadikan alat pelengkap yang hanya patut di
suguhkan ketika bangsa ini akan menggelar Pemilu, Pilkada dan hal-hal sejenis
lainnya. Manusia Indonesia terjebak dengan Stigma Menang Kalah yang akhirnya
Merobek-robek budaya Persatuan kita sebagai Bangsa yang Berdaulat. Banyak
sekali persoalan Kemanusiaan yang belun juga tuntas bahkan terus bertambah dari
tahun ke tahun, sebut saja soal Urbanisasi, Pengangguran, Kemiskinan dan
Kemandirian kita sebagai Bangsa Merdeka masih jauh dari yang di harapkan.
Ø
DEMORALISASI : Degradasi akibat Demokratisasi dan
Dehumanisasi yang kebablasan akhirnya mengantarkan kita pada situasi Rusaknya
Moral Bangsa yang tak dapat terelakan, persoalan inilah yang menjadi bahan
bakar terjadinya berbagai penyimpangan Fundamental di Republik ini dari mulai
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang paling anyar adalah Hancurnya bangunan
Bangsa ini karena Konstitusi kita UUD 1945 yang telah terintervensi oleh
kepentingan-kepentingan Asing sehingga perlu beberapa kali di Amandemen.
Ditambah lagi persoalan liberalisasi Ekonomi yang dengan Produk-produk
turunanya mampu merubah watak Bangsa ini melalui Media dari yang Moralis
menjadi Amoral, sehingga generasi-generasi yang Hendonis, Malas, Egis, dan
individualistic hadir ditengah Bangsa ini dengan menyulutkan api-api perpecahan
dari tinggat Pelajar, Mahasiswa, Pemuda dan Masyarakat pada umumnya.
Ø
DEKAPITALISASI : Dari sisi Ekonomi sejak runtuhnya
Orde Lama, Bangsa ini tanpa terasa telah terseret ke Arena Kapitalisasi, Dimana
Perekonomiqan kita menganut Ekonomi Makro dan mengenyampingkan sector Micro,
akibatnya Negara hidup dan dihidupkan dengan Hutang-Hutang Luar Negeri, yang
jika di hitung saat ini telah hampir mencapai 2000 Milyar Dolar. Sebuah angka
yang fantastis yang semuanya harus menjadi tanggunggan seluruh Rakyat negeri
ini tanpa ada perbedaan sedikitpun, baik yang hidup miskin maupun yang kaya.
Jurang kesenjangan soasial akibat masalah Kelirunya cara Pandang Ekonomi Negeri
ini jika tidak segera di tangani akan menjadi Bencana Kemanusiaan yang sangat
mengerikan di Bumi Gemah Ripah Lo Jinawe ini.
PERAN
STRATEGIS RESIMEN MAHASISWA (MENWA) JAYAKARTA
Dari fakta sejarah dan Permasalahan
yang dihadapi Bangsa ini, tentunya harus menggugah kader-kader muda bangsa ini,
terutama yang tergabung di dalam Resimen Mahasiswa (Menwa) Jayakarta yang tahun
ini genap berusia 50 tahun (1962 – 2012). Menwa Jayakarta yang dikenal sebagai
salah satu Organisasi Intra Kampus tentunya harus berbenah diri dalam rangka
melakukan kerja-kerja Kebangsaan dimana tuntutan saat ini adalah untuk
melakukan “PERUBAHAN MINDSET” atau “CARA PANDANG” bangsa ini dari yang tidak
Original atau Asli, menjadi ASLI INDONESIA sesuai dengan Ilmu Bangsa yang di
miliki.
Para Kader Menwa Jayakarta di usia
yang ke 50 tahun ini harus dan wajib untuk menghibahkan Pengabdianya dalam
rangka membantu Masyarakat Indonesia untuk Kembali Bangkit dan Menata Cara
Pandang, Cara Fikir dan Cara Kerja untuk mencapai Cara Sukses yang Asli
Indonesia. Kenapa harus Menwa Jayakarta ? jawabanya sederhana, karena Menwa
Jayakarta adalah Organisasi yang telah memiliki Jaringan dan mempunyai bekal
Intelektual dan Kedisiplinan, yang semua itu bisa menjadi modal untuk menjadi
Generasi Pelopor yang mampu mengawal Bangsa dan Masyarakat Indonesia khususnya
di Jakarta untuk Kembali Ke Ilmu Bangsanya Sendiri dimana Penguatan nilai-nilai
Kebangsaan yan terkandung dalam Pondasi Bangsa ini dimana PANCASILA dan Bhineka
Tunggal Ika menjadi sarana untuk menegakan Bangunan Bangsa ini berupa Peradaban
yang Cinta Persatuan, dengan Idealisme Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, untuk
melahirkan Kebijaksanaan seluruh elemen Bangsa agar mencapai tujuan sucinya
yaitu Keadilan Sosila Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Untuk mewujudkan ini semua, maka
sekarang tuntutanya adalah Resimen Mahasiswa (Menwa) Jayakarta, harus mampu
melahirkan program-program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, Menwa
Jayakarta tidak boleh lagi menjadi Organisasi yang Ekslusif, bawalah lembaga
ini menjadi Lembaga/ Organisasi yang Egaliter, membaur dan membumi demi Bangsa
dan Negara ini.
Resimen Mahasiswa (Menwa) Jayakarta,
harus sudah bisa maju selangkah lebih maju dari organisasi-organisasi yang
lainnya, ini sangat mungkin untuk dilakukan jika Komitmen Bela Negara yang
selama ini didengungkan mulai dibuktikan di tengah masyarakat, sehingga ke
depannya Menwa Jayakarta mampu tampil menjadi model percontohan yang Membumikan
Ilmu Bangsa dan menjadi Solution Maker bagi persoalan Bangsa yang kita cintai
ini. Semoga ini dapat terwujud, Selamat Harlah Menwa Jayakarta ke 50th,
Salam Resimen Mahasiswa !!
Penulis :
Yahya Abdul Habib, SE
Ketua Pimpinan Pusat Pemuda
Muhammadiyah
Direktur Eksekutif Jakarta Policy
Centre
Tidak ada komentar:
Posting Komentar