TUGAS BERAT RESIMEN
MAHASISWA JAYAKARTA
“MUSUH ITU ADALAH KAWAN SENDIRI”
OLEH PUADI, S.Pd., MM
Pada zaman
penjajahan dan zaman mepertahankan kemerdekaan kita melawan penjajah dengan
meggunakan kekuatan senjata. Mahasiswa dan pelajar sebagai kekuatan intelektual
kader bangsa tidak ketinggalan turut mempertahankan kemerdekaan dengan
mengangkat senjata. Jejak dan sejarah bahwa mahasiswa dan pelajar memiliki
andil dalam melawan penjajah dapat kita amati dari berdirinya Tentara Pelajar. Tentara
Pelajar yang terdiri dari elemen mahasiswa dan pelajar pada waktu itu rela
meninggalkan bangku sekolah dan mengangkat sejata dan bertempur, berperang
mengusir penjajah Belanda.
Sejak
berdirinya dari tahun 1945-1960 Bukan waktu yang singkat, Tentara Pelajar
bersama Tentara Nasional Indonesia turut mengawal bangsa dan negara ini dalam
melawan penjajah. Dengan semangat patriaotisme Tentara Pelajar dalam mengawal
perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaanya. Nasionalisme yang tinggi menjadikan semangat para kaum muda terpelajar
ini tidak pernah pudar dalam membangun Republik ini. Seiring dengan pertumbuhan
Republik ini Tentara Pelajar (TR) pada tahun 1960 dirubah menjadi Wajib Latih
Mahasiswa (WALAWA) dan tahun 1978 menjadi Resimen Mahasiswa (MENWA).
Di Jakarta
Resimen Mahasiswa berdiri pada tahun 1962, sebuah masa yang dihadapkan pada
sebuah dilematisasi dimana di Jakarta menjadi pusat pergerakan para pembrontak.
PKI yang nyaru wuwus kembali tentunya akan lebih sulit dalam
menghadapinya karena jelas yang kita hadapi bukan musuh atau penjajah tetapi
yang kita hadapi adalah melawan bangsa sendiri. Resimen mahasiswa Jakarta pada
dasarnya walaupun berada di Ibu Kota Negara memiliki peran yang sangat penting
di Ibu Kota ini.
Seiring
perkembangan waktu Resimen Mahasiswa Jakarta (Menwa Jayakarta) menjadi garda
terdepan ditingkat pelajar dalam menanamkan rasa patriotisme dan nasionalisme
kepada kawan sesamanya. Karena pada dasarnya perjuangan mempertahankan
kemerdekaan hingga saat ini masih belum selesai terbukti dari adanya beberapa
provinsi yang ingin memerdekakan diri. Sebut saja irian Jaya (Papua Barat), Nanggro
Aceh Darussalam, dan beberapa provinsi lainya juga ada yang menyuarakan
kemerdekaanya. Dan suara-suara kemerdekaan tersebut dalam melakukan konsolidasi
berada di wilayah Ibu Kota Negara Jakarta.
Negara Islam
Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi momok yang sangat dan perlu
diwaspadai tentu menjadi tugas Resimen mahasiswa Jakarta. Ideologi trans
nasional yang datang dari berbagai belahan dunia dan masuk ke Indonesia
menjadikan sebuah masalah baru bagi rakyat Indonesia yang tidak memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi. Saat ini ideologi trans nasional sudah mulai merasuki
para kaum muda dan terpelajar diseluruh sekolah dan berbagai universitas.
Di
universitas-universitas kini muncul gerakan pembebasan dimana gerakan tersebut
ingin menjadikan Islam sebagai Ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Islam Indonesiapun berhasil memperdaya beberapa
mahasiswa Universitas Indonesia dan universitas-universitas yang lain. Tidak
segan-segan dalam melakukan aksinya para calon pelaku maker tersebut menculik,
mencuri, menipu dan melakukan tindakan kriminal lainnya. Dari beberapa kasus
yang teridentifikasi oleh Kepolisisan Negara Republik Indonesia sudah banyak
korban yang berhasil disadarkan kembali.
Tugas Resimen Mahasiswa
semakin berat, karena mereka dalam menjalankan pengaruhnya sangat handal, lihai,
dan hampir tidak ada perbedaanya namun sedikit demi sedikit rasa nasionalisme
kita dikikis dan habis. Mereka melakukan penculikan secara biadab, mencuci otak
dan membawa kabur sanak family keluarga saudara kita yang menjadi korban. Belum
selesai disitu mereka juga membuat gerakan pembebasan di Universitas, Sekolah
dan lembaga pendidikan. Kita kenal dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang
mana mereka selalu menyuarakan ideologi dan Hukum Syariat Islam di Republik
Indonesia. Dalam aksinya mereka sering
melakukan aksi demonstrasi besar-besaran mengusung Syariat Islam sebagai
Ideologi perubahan.
Mengganti
Panca Sila, merubah UUD 1945 dengan hukum baru yang mereka sebut sebagai solusi
di Republik tercinta ini. Dikhawatirkan pergerakan tersebut didanai oleh pihak
asing yang ingin mencari dukungan Internasional dalam menjalankan pengaruhnya
di NKRI. Mereka dalam mencari sasaranya lebih senang menggoyang ideologi kaum
muda yang masih kosong dan mudah terombang ambing. Maka dari itu sudah menjadi
kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya kaum muda dan terpelajar
harus lebih selektif dalam menerima transformasi ke-ilmuan agar tidak
terjerumus menjadi korban penipuan.
Pada tanggal
17 Agustus tahun 1945 dimana pada waktu itu ditetapkan sebagai hari kemerdekaan
Republik Indonesia juga bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan. Dimana pada 9 Ramadhan adalah adalah 10 hari pertama
Ramadhan disebut juga sepertiga pertama bulan Ramadhan. Telah
diabadikan dalam pembukaan UUD 1945 dengan kalimat yang bunyinya “Atas
Rahmat Allah yang Maha Kuasa…….” Sudah menjadi final bagi seluruh rakyat
Indonesia untuk menjadi sebuah nilai tatanan dan tuntunan bagi kehidupan
berbangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia..
Resimen
Mahasiswa Memberikan Bimbingan Nasionalisme kepada kaum pelajar agar tidak
dicuci otak untuk menjad makar
Resimen Mahasiswa Jayakarta sudah harus
terbuka, melihat, meneliti dan menelaah perilaku kaum terpelajar kita di lingkungan
Kampus dan sekolah. Sebagai elemen cadangan kemiliteran di Republik Indonesia
Resimen Mahasiswa saat ini, memikul beban yang lebih berat, karena musuh saat
ini adalah sahabat karibnya sendiri. Tugas yang diembanpun tidak main-main
bukan hanya menanamkan nasionalisme kepada pelajar dan mahasiswa saja tetapi
kepada adik-adiknya yang sekarang banyak menjadi korban hasutan sehingga
menjadi ingin maker.
Universitas-universitas pun tak luput
dari serangan ideologi yang ingin menghancurkan perjuangan bangsa ini dengan
mengganti ideologi baru. Di universitas Indonesia
sendiri yang menjadi pusat peradaban pendidikan di Jakarta
bahkan menjadi sasaran empuk bagi para penghasut yang ingin menghacurkan
keutuhan dan persatuhan Bangsa Indonesia .
Nasionalisme dikikis, dihancurkan hingga luluh lantah berkeping-keping sehingga
menjadi nilai patriotisme pemuda dan mahasiswa menjadi luntur. Walaupun hingga
kini belum adala bukti autentik pasti, namun Universitaas Indonesia perlu
diwaspadai terkait dengan ideologi selain Pancasila dan UUD 1945. Dari tampilan
terlihat adanya indikasi seperti munculnya HTI di UI yang menginginkan juga
berubahnya Indonesia
menjadi Negara Islam dan mengganti hukum dengan hukum Islan.
Sebenrnya para kaum muda yang intelek
ini sedang mencari jati diri dan ketenangan hidup dengan mengkaji lebih jauh
tentang wawasan keagamaan. Namun karena lemahnya pengetahuan keagamaan
sahabat-sahabat yang dulu bersekolah non agama menjadikan rasa ingin tahu yang
tinggi tentang agama dalam hal ini Islam. Mahasiwa ini ingin mencari dan
mendalami Islam secara kaffah (sempurna) sehingga pencariannya pun tak
terkontrol dengan baik. Semangat yang menggebu-gebu serta rasa keingin tahuan
yang luar biasa menyebabkan kaum muda ini menjaddi militan dan fundamental. Artinya
bahwa apa yang didapatnya adalah yang paling benar dan menganggap yang lainnya
salah. Tentu hal ini menjadi salah kaprah, karena kalau andai itu benar tidak menjadi masalah jikalau tidak
bertentangan dengan Syariat Islam dan Pancasila serta UUD 1945.
Persoalannya adalah bagaimana menyadarkan
mereka tentang bagaimana belajar agama Islam yang benar dan tidak menjadi
bertentangan dengan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia . Tidak hanya NII saja di Republik
tercinta ini yang mengacaukan NKRI menjadi terpecah belah, tetapi juga ada HTI
yang selalu mengusik kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Ibu Kota Negara
Jakarta ini masih perlu dan sangat membutuhkan sebuah gerakan yang bernaung
bersama-sama dengan mahasiswa, pelajar dan pemuda untuk menumbuh kembangkan
semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan atau biasa kita kenal rasa Nasionalisme
menjadi tanggung jawab semua pihak di Republik tercinta ini.
Pembangunan karakter, menumbuhkan
kesamaan diantara perbedaan, menyatukan dengan sebuah ikatan kebangsaan pun
belum cukup. Penanaman semangat kebangsaan perlu terus dipupuk dan disiram
dengan rasa memiliki bahwa tanah air tercinta ini adalah milik kita bersama. Tanah
air yang direbut oleh kaum muda pada waktu itu dengan pengorbanan keringat,
darah, air mata, dan nyawa. Semangat patriotisme yang selama ini seolah-olah
hanya milik Resimen Mahasiswa saja juga perlu ditularkan kepada kawan-kawan
yang masih mudah terombang-ambing pendirianya.
Tugas Berat Menanti Resimen Mahasiswa Jakarta
Pelatihan militer, kegagahan,
kemandirian, kecerdasan, serta keteladanan yang dimiliki oleh pasukan Resimen
Mahasiswa Jayakarta di Rindam Jaya menjadi pasukan terlatih untuk membela
Negara. Tanggal 10 Januari 2012 Resimen Mahasiswa Jayakarta telah selesai
mengikuti pendidikan di kawah Candradimuka Rindam Jaya Jakarta. Mereka telah
dididik untuk menjadi pembela Negara dengan dibekali berbagai kemampuan, baik
kemampuan fisik maupun kemampuan keahlian. Beberapa perwira pun turut
menghadiri penutupan acara pendidikan pada hari itu untuk memberikan mejangan
dengan harapan Resimen mahasiwa Jayakarta lebih loyal dan lebih siap menjadi
garda tedepan membela Negara khususnya ditingkat kemahasiswaan.
Harapan sangat besar ditaruh oleh para
pasukan Resimen Mahasiswa tersbut untuk menjaga keutuhan Bangsa ini dan tidak
terpengaruh seperti kawan-kawan yang kehilangan semangat kebangsaan. Tidak
hanya Pangdam Jaya semata yang memiliki harapan itu tetapi seluruh warga
Jayakarta pun menaruh harapan besar untuk menjadi seperti mereka. Dimana
kecintaannya terhadap Negara sangat tidak diragukan, tetapi juga memiliki bekal
ilmu keintelektualan. Kedisiplinan yang tercermin, kecerdasan yang dimiliki,
sifat patriotik, berperilaku ksatria, dan jiwa perwira yang dimilikinya kita
jadikan suri tauladan bagi kawan-kawan mahsiswa yang lain.
Resimen Mahasiswa Jayakarta mempunyai
tugas membendung segala perilaku yang mengikis rasa Nasionalisme serta
menghancurkan elemen-elemen kebangsaan. Berbagai macam cara dan upaya sudah
dilakukan oleh orang-orang yang tidak menginginkan keberlangsungan Republik
ini. Mengawasi gerak-gerik setiap perkumpulan di kampus dan sekolahan, mewarnai
kegiatan di lingkunganya untuk menjadi panutan disetiap kegiatan. Menjadi teman
dengan senyum, kerendahan hati, rendah diri, mampu mumukau kawan sejawatnya.
Resimen Mahasiswa Jakarta disamping
menjadi Tauladan juga sangat diperlukan keberadaanya di lingkungan baik sekolah
maupun rumah. Karena bahaya laten pengaruh ideologi yang akan merusak rasa Nasionalisme
kaum muda selalu mengintai disetiap kehidupan dari tingkat Negara hingga
keluarga. Musuh Negara yang paling berbahaya justru dari dalam negara itu
sendiri, kwalitas ketahanan menjadi rapuh, sistem pertahanan semesta mudah
digoyang Di lingkunganya Resimen Mahasiswa Jayakarta harus menjaga diri dan
warga sekitarnya untuk terjaga dari pengaruh yang merusak persatuan dan
kesatuan. Resimen Mahasiswa Jayakarta juga memiliki tugas untuk mengingatkan
merek untuk kembali kepangkuan ibu pertiwi tercinta. Dengan bekal tersebut
mampu mengawal dan mendampingi Bangsa Indonesia sampai akhir hayatnya.
Resimen Mahasiswa Jayakarta Tauladan Semangat
Nasionalisme Kaum Muda
Resimen Mahasiswa Jayakarta yang sudah
berumur 50 tahun (1962-2012) tidak lagi mengangkat senapan untuk berperang. Bersama
Tentara nasional Indonesia (TNI) Resimen Mahasiswa Jayakarta menyebarkan
kembali semangat kebhineka Tunggal Ika-an kita serta nilai-nilai Pancasila. Dari
berbagai macam Reaksi atas kejadian yang mengakibatkan pendangkalan nilai-nilai
Pancasila kita tentu menjadi tanggung jawab setiap warga Negara Indonesia . Bangsa
Indonesia
yang dulu dikenal santun kini menjadi bangsa yang mudah marah, keras dan tidak
mudah lagi terkontrol, itu terjadi karena lunturnya nilai ke-Bhinekaan kita.
Nasionalisme atau semangat kebangsaan Indonesia tentu
berbeda dengan Negara lain. Rasa Nasionalisme Indonesia
lahir dari perbedaan yang begitu banyaknya, sementara Negara lain belum tentu
seperti Indonesia .
Ideologi Trans nasional baik berupa HTI, atau ideologi
neo liberalism menjadi persoalan tersendiri di Republik ini. Mau kita jadi
sebagai bagian berbangsa dan bernegara atau kita jadikan sebagai ancaman
tersendiri. Namun berpatok kembali kepada Pancasila dan UUD 1945, segala bentuk
yang mengancam persatuan dan kesatuan serta keutuhan Republik Indonesia wajib
kita lawan.
Resimen
mahasiswa Jayakarta bersama segenap elemen bangsa Indonesia baik sipil maupun
militer bekerjasama untuk membela Negara disetiap waktu dan dimana pun. Peranan tidak hanya diucapkan belaka tetapi
telah diwujudkan dengan menjadi pengawal dan pembela dalam mepertahankan
keutuhan bangsa Indonesia diwilayah lingkungan mahasiswa dan lingkungan
keluarga.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua
pihak dan menjadi bahan kajian bagi pihak yang terkait.