Minggu, 29 Juli 2012

TUGAS BERAT RESIMEN MAHASISWA JAYAKARTA “MUSUH ITU ADALAH KAWAN SENDIRI”


TUGAS BERAT RESIMEN MAHASISWA JAYAKARTA
 “MUSUH ITU ADALAH KAWAN SENDIRI”
OLEH PUADI, S.Pd., MM

Pada zaman penjajahan dan zaman mepertahankan kemerdekaan kita melawan penjajah dengan meggunakan kekuatan senjata. Mahasiswa dan pelajar sebagai kekuatan intelektual kader bangsa tidak ketinggalan turut mempertahankan kemerdekaan dengan mengangkat senjata. Jejak dan sejarah bahwa mahasiswa dan pelajar memiliki andil dalam melawan penjajah dapat kita amati dari berdirinya Tentara Pelajar. Tentara Pelajar yang terdiri dari elemen mahasiswa dan pelajar pada waktu itu rela meninggalkan bangku sekolah dan mengangkat sejata dan bertempur, berperang mengusir penjajah Belanda.
Sejak berdirinya dari tahun 1945-1960 Bukan waktu yang singkat, Tentara Pelajar bersama Tentara Nasional Indonesia turut mengawal bangsa dan negara ini dalam melawan penjajah. Dengan semangat patriaotisme Tentara Pelajar dalam mengawal perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaanya. Nasionalisme yang tinggi menjadikan semangat para kaum muda terpelajar ini tidak pernah pudar dalam membangun Republik ini. Seiring dengan pertumbuhan Republik ini Tentara Pelajar (TR) pada tahun 1960 dirubah menjadi Wajib Latih Mahasiswa (WALAWA) dan tahun 1978 menjadi Resimen Mahasiswa (MENWA).
Di Jakarta Resimen Mahasiswa berdiri pada tahun 1962, sebuah masa yang dihadapkan pada sebuah dilematisasi dimana di Jakarta menjadi pusat pergerakan para pembrontak. PKI yang nyaru wuwus kembali tentunya akan lebih sulit dalam menghadapinya karena jelas yang kita hadapi bukan musuh atau penjajah tetapi yang kita hadapi adalah melawan bangsa sendiri. Resimen mahasiswa Jakarta pada dasarnya walaupun berada di Ibu Kota Negara memiliki peran yang sangat penting di Ibu Kota ini.
Seiring perkembangan waktu Resimen Mahasiswa Jakarta (Menwa Jayakarta) menjadi garda terdepan ditingkat pelajar dalam menanamkan rasa patriotisme dan nasionalisme kepada kawan sesamanya. Karena pada dasarnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan hingga saat ini masih belum selesai terbukti dari adanya beberapa provinsi yang ingin memerdekakan diri. Sebut saja irian Jaya (Papua Barat), Nanggro Aceh Darussalam, dan beberapa provinsi lainya juga ada yang menyuarakan kemerdekaanya. Dan suara-suara kemerdekaan tersebut dalam melakukan konsolidasi berada di wilayah Ibu Kota Negara Jakarta.
Negara Islam Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi momok yang sangat dan perlu diwaspadai tentu menjadi tugas Resimen mahasiswa Jakarta. Ideologi trans nasional yang datang dari berbagai belahan dunia dan masuk ke Indonesia menjadikan sebuah masalah baru bagi rakyat Indonesia yang tidak memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Saat ini ideologi trans nasional sudah mulai merasuki para kaum muda dan terpelajar diseluruh sekolah dan berbagai universitas.
Di universitas-universitas kini muncul gerakan pembebasan dimana gerakan tersebut ingin menjadikan Islam sebagai Ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Islam Indonesiapun berhasil memperdaya beberapa mahasiswa Universitas Indonesia dan universitas-universitas yang lain. Tidak segan-segan dalam melakukan aksinya para calon pelaku maker tersebut menculik, mencuri, menipu dan melakukan tindakan kriminal lainnya. Dari beberapa kasus yang teridentifikasi oleh Kepolisisan Negara Republik Indonesia sudah banyak korban yang berhasil disadarkan kembali.
Tugas Resimen Mahasiswa semakin berat, karena mereka dalam menjalankan pengaruhnya sangat handal, lihai, dan hampir tidak ada perbedaanya namun sedikit demi sedikit rasa nasionalisme kita dikikis dan habis. Mereka melakukan penculikan secara biadab, mencuci otak dan membawa kabur sanak family keluarga saudara kita yang menjadi korban. Belum selesai disitu mereka juga membuat gerakan pembebasan di Universitas, Sekolah dan lembaga pendidikan. Kita kenal dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mana mereka selalu menyuarakan ideologi dan Hukum Syariat Islam di Republik Indonesia.  Dalam aksinya mereka sering melakukan aksi demonstrasi besar-besaran mengusung Syariat Islam sebagai Ideologi perubahan.
Mengganti Panca Sila, merubah UUD 1945 dengan hukum baru yang mereka sebut sebagai solusi di Republik tercinta ini. Dikhawatirkan pergerakan tersebut didanai oleh pihak asing yang ingin mencari dukungan Internasional dalam menjalankan pengaruhnya di NKRI. Mereka dalam mencari sasaranya lebih senang menggoyang ideologi kaum muda yang masih kosong dan mudah terombang ambing. Maka dari itu sudah menjadi kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya kaum muda dan terpelajar harus lebih selektif dalam menerima transformasi ke-ilmuan agar tidak terjerumus menjadi korban penipuan.
Pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 dimana pada waktu itu ditetapkan sebagai hari kemerdekaan Republik Indonesia juga bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan. Dimana  pada 9 Ramadhan adalah adalah 10 hari pertama Ramadhan disebut juga sepertiga pertama bulan Ramadhan.  Telah  diabadikan dalam pembukaan UUD 1945 dengan kalimat yang bunyinya “Atas Rahmat Allah yang Maha Kuasa…….” Sudah menjadi final bagi seluruh rakyat Indonesia untuk menjadi sebuah nilai tatanan dan tuntunan bagi kehidupan berbangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia..
Resimen Mahasiswa Memberikan Bimbingan Nasionalisme kepada kaum pelajar agar tidak dicuci otak untuk menjad makar
Resimen Mahasiswa Jayakarta sudah harus terbuka, melihat, meneliti dan menelaah perilaku kaum terpelajar kita di lingkungan Kampus dan sekolah. Sebagai elemen cadangan kemiliteran di Republik Indonesia Resimen Mahasiswa saat ini, memikul beban yang lebih berat, karena musuh saat ini adalah sahabat karibnya sendiri. Tugas yang diembanpun tidak main-main bukan hanya menanamkan nasionalisme kepada pelajar dan mahasiswa saja tetapi kepada adik-adiknya yang sekarang banyak menjadi korban hasutan sehingga menjadi ingin maker.
Universitas-universitas pun tak luput dari serangan ideologi yang ingin menghancurkan perjuangan bangsa ini dengan mengganti ideologi baru. Di universitas Indonesia sendiri yang menjadi pusat peradaban pendidikan di Jakarta bahkan menjadi sasaran empuk bagi para penghasut yang ingin menghacurkan keutuhan dan persatuhan Bangsa Indonesia. Nasionalisme dikikis, dihancurkan hingga luluh lantah berkeping-keping sehingga menjadi nilai patriotisme pemuda dan mahasiswa menjadi luntur. Walaupun hingga kini belum adala bukti autentik pasti, namun Universitaas Indonesia perlu diwaspadai terkait dengan ideologi selain Pancasila dan UUD 1945. Dari tampilan terlihat adanya indikasi seperti munculnya HTI di UI yang menginginkan juga berubahnya Indonesia menjadi Negara Islam dan mengganti hukum dengan hukum Islan.
Sebenrnya para kaum muda yang intelek ini sedang mencari jati diri dan ketenangan hidup dengan mengkaji lebih jauh tentang wawasan keagamaan. Namun karena lemahnya pengetahuan keagamaan sahabat-sahabat yang dulu bersekolah non agama menjadikan rasa ingin tahu yang tinggi tentang agama dalam hal ini Islam. Mahasiwa ini ingin mencari dan mendalami Islam secara kaffah (sempurna) sehingga pencariannya pun tak terkontrol dengan baik. Semangat yang menggebu-gebu serta rasa keingin tahuan yang luar biasa menyebabkan kaum muda ini menjaddi militan dan fundamental. Artinya bahwa apa yang didapatnya adalah yang paling benar dan menganggap yang lainnya salah. Tentu hal ini menjadi salah kaprah, karena kalau andai itu benar  tidak menjadi masalah jikalau tidak bertentangan dengan Syariat Islam dan Pancasila serta UUD 1945.
Persoalannya adalah bagaimana menyadarkan mereka tentang bagaimana belajar agama Islam yang benar dan tidak menjadi bertentangan dengan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak hanya NII saja di Republik tercinta ini yang mengacaukan NKRI menjadi terpecah belah, tetapi juga ada HTI yang selalu mengusik kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Ibu Kota Negara Jakarta ini masih perlu dan sangat membutuhkan sebuah gerakan yang bernaung bersama-sama dengan mahasiswa, pelajar dan pemuda untuk menumbuh kembangkan semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan atau biasa kita kenal rasa Nasionalisme menjadi tanggung jawab semua pihak di Republik tercinta ini.
Pembangunan karakter, menumbuhkan kesamaan diantara perbedaan, menyatukan dengan sebuah ikatan kebangsaan pun belum cukup. Penanaman semangat kebangsaan perlu terus dipupuk dan disiram dengan rasa memiliki bahwa tanah air tercinta ini adalah milik kita bersama. Tanah air yang direbut oleh kaum muda pada waktu itu dengan pengorbanan keringat, darah, air mata, dan nyawa. Semangat patriotisme yang selama ini seolah-olah hanya milik Resimen Mahasiswa saja juga perlu ditularkan kepada kawan-kawan yang masih mudah terombang-ambing pendirianya.
Tugas Berat Menanti Resimen Mahasiswa Jakarta
Pelatihan militer, kegagahan, kemandirian, kecerdasan, serta keteladanan yang dimiliki oleh pasukan Resimen Mahasiswa Jayakarta di Rindam Jaya menjadi pasukan terlatih untuk membela Negara. Tanggal 10 Januari 2012 Resimen Mahasiswa Jayakarta telah selesai mengikuti pendidikan di kawah Candradimuka Rindam Jaya Jakarta. Mereka telah dididik untuk menjadi pembela Negara dengan dibekali berbagai kemampuan, baik kemampuan fisik maupun kemampuan keahlian. Beberapa perwira pun turut menghadiri penutupan acara pendidikan pada hari itu untuk memberikan mejangan dengan harapan Resimen mahasiwa Jayakarta lebih loyal dan lebih siap menjadi garda tedepan membela Negara khususnya ditingkat kemahasiswaan.
Harapan sangat besar ditaruh oleh para pasukan Resimen Mahasiswa tersbut untuk menjaga keutuhan Bangsa ini dan tidak terpengaruh seperti kawan-kawan yang kehilangan semangat kebangsaan. Tidak hanya Pangdam Jaya semata yang memiliki harapan itu tetapi seluruh warga Jayakarta pun menaruh harapan besar untuk menjadi seperti mereka. Dimana kecintaannya terhadap Negara sangat tidak diragukan, tetapi juga memiliki bekal ilmu keintelektualan. Kedisiplinan yang tercermin, kecerdasan yang dimiliki, sifat patriotik, berperilaku ksatria, dan jiwa perwira yang dimilikinya kita jadikan suri tauladan bagi kawan-kawan mahsiswa yang lain.
Resimen Mahasiswa Jayakarta mempunyai tugas membendung segala perilaku yang mengikis rasa Nasionalisme serta menghancurkan elemen-elemen kebangsaan. Berbagai macam cara dan upaya sudah dilakukan oleh orang-orang yang tidak menginginkan keberlangsungan Republik ini. Mengawasi gerak-gerik setiap perkumpulan di kampus dan sekolahan, mewarnai kegiatan di lingkunganya untuk menjadi panutan disetiap kegiatan. Menjadi teman dengan senyum, kerendahan hati, rendah diri, mampu mumukau kawan sejawatnya.
Resimen Mahasiswa Jakarta disamping menjadi Tauladan juga sangat diperlukan keberadaanya di lingkungan baik sekolah maupun rumah. Karena bahaya laten pengaruh ideologi yang akan merusak rasa Nasionalisme kaum muda selalu mengintai disetiap kehidupan dari tingkat Negara hingga keluarga. Musuh Negara yang paling berbahaya justru dari dalam negara itu sendiri, kwalitas ketahanan menjadi rapuh, sistem pertahanan semesta mudah digoyang Di lingkunganya Resimen Mahasiswa Jayakarta harus menjaga diri dan warga sekitarnya untuk terjaga dari pengaruh yang merusak persatuan dan kesatuan. Resimen Mahasiswa Jayakarta juga memiliki tugas untuk mengingatkan merek untuk kembali kepangkuan ibu pertiwi tercinta. Dengan bekal tersebut mampu mengawal dan mendampingi Bangsa Indonesia sampai akhir hayatnya.
Resimen Mahasiswa Jayakarta Tauladan Semangat Nasionalisme Kaum Muda
Resimen Mahasiswa Jayakarta yang sudah berumur 50 tahun (1962-2012) tidak lagi mengangkat senapan untuk berperang. Bersama Tentara nasional Indonesia (TNI) Resimen Mahasiswa Jayakarta menyebarkan kembali semangat kebhineka Tunggal Ika-an kita serta nilai-nilai Pancasila. Dari berbagai macam Reaksi atas kejadian yang mengakibatkan pendangkalan nilai-nilai Pancasila kita tentu menjadi tanggung jawab setiap warga Negara Indonesia. Bangsa Indonesia yang dulu dikenal santun kini menjadi bangsa yang mudah marah, keras dan tidak mudah lagi terkontrol, itu terjadi karena lunturnya nilai ke-Bhinekaan kita.
Nasionalisme atau semangat kebangsaan Indonesia tentu berbeda dengan Negara lain. Rasa Nasionalisme Indonesia lahir dari perbedaan yang begitu banyaknya, sementara Negara lain belum tentu seperti Indonesia. Ideologi Trans nasional baik berupa HTI, atau ideologi neo liberalism menjadi persoalan tersendiri di Republik ini. Mau kita jadi sebagai bagian berbangsa dan bernegara atau kita jadikan sebagai ancaman tersendiri. Namun berpatok kembali kepada Pancasila dan UUD 1945, segala bentuk yang mengancam persatuan dan kesatuan serta keutuhan Republik Indonesia wajib kita lawan.
Resimen mahasiswa Jayakarta bersama segenap elemen bangsa Indonesia baik sipil maupun militer bekerjasama untuk membela Negara disetiap waktu dan dimana pun.  Peranan tidak hanya diucapkan belaka tetapi telah diwujudkan dengan menjadi pengawal dan pembela dalam mepertahankan keutuhan bangsa Indonesia diwilayah lingkungan mahasiswa dan lingkungan keluarga.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi bahan kajian bagi pihak yang terkait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar